Peran Orang Tua, Guru, dan Pendamping Dalam Kegiatan Bermain Anak
Bermain merupakan sebuah kegiatan yang sangat disukai anak-anak. Bagaimana tidak, dengan bermain anak dapat bebas melakukan kegiatan yang disukainya dan mendapatkan hiburan. Sebagian besar anak-anak menghabiskan waktunya dengan bermain, dapat dikatakan bahwa bermain merupakan salah satu kegiatan utama bagi anak-anak.
Banyak orang beranggapan bahwa bermain hanya membuang-buang waktu bagi anak-anak. Ini menjadikan banyak orang tua melarang anaknya untuk bermain dan lebih membuat sibuk anak dengan kegiatan-kegiatan yang serius seperti les tambahan pelajaran dan sejenisnya. Memang tidaklah salah, namun dengan bimbingan yang tepat, kegiatan bermain dapat diselaraskan dan digabungkan dengan belajar sehingga bermain selain anak-anak menjadi senang juga mendapatkan ilmu dari belajar.
Yang perlu ditekankan adalah pendampingan dari orang tua, guru, ataupun orang yang terdekat dengan anak agar terus membimbing dan mengawasi ketika anak bermain. Kegiatan bermain ini hendaknya dilakukan dengan perencanaan sehingga bermain dan belajar dapat berjalan dengan bersamaan serta efektif.
Hughes dalam Sudono (2000: 5-7) memberikan pandangannya tentang bagaimana seharusnya peran kita (orang tua, guru, dan pendamping) ketika anak sedang bermain:
- Partisipasi aktif dari orang tua, guru, dan pendamping akan sangat bermanfaat bagi anak dalam bermain.
- Kita berperan sebagai fasilitator.
- Intonasi yang tidak meninggi dan berbicara lembut dapat digunakan untuk menghadapi anak yang perilakunya kurang baik. Dengan kelembutan itu kita akan lebih mudah menyentuh perasaan anak. Usaha guru adalah membuat anak mampu menentukan sendiri bagaimana memperbaiki sikapnya.
- Ketika berkomunikasi dengan anak kita perlu memperhatikan bahasa tubuh mereka. Bahasa tubuh merupakan ungkapan diri anak ketika anak kesulitan mengungkapkan melalui kalimat. Kita wajib untuk menuntun anak agar dapat mengungkapkan apa yang dikehendaki.
- Setiap anak memiliki keunikan sendiri, kita dapat memanfaatkan keunikan tersebut. Oleh karena itu kita harus terus senantiasa memberikan pendampingan ketika mereka sedang bermain. Dengan demikian dapat kita ketahui kesulitan, kelebihan, maupun hal-hal lain yang dapat dioptimalkan dari masing-masing anak.
Masalah yang sering muncul adalah dimana orang tua menjadi tidak peduli terhadap proses kegiatan belajar anak. Orang tua banyak yang menyerahkan penuh tanggung jawab belajar kepada guru ataupun lembaga pendidikan. Ini merupakan suatu hal yang sangat keliru, meskipun anak sudah belajar di lembaga pendidikan, namun orang tua juga tetap harus mengawasi dan memantau bagaimana anaknya belajar.
Referensi:
Sudono, Anggano 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta: Grasindo
Syaiful Imran
Latest posts by Syaiful Imran (see all)
- Posisi atau Kedudukan Kurikulum dalam Pendidikan - Kamis, 30 Maret 2023
- Isu Pendidikan Nasional Yang Perlu Direkonstruksi Dalam Rangka Otonomi Daerah - Senin, 03 Mei 2021
- Implikasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Terhadap Kebijakan Strategis Pendidikan Nasional - Kamis, 15 April 2021
- Status Guru dan Dosen dalam Pendidikan Formal - Kamis, 18 Maret 2021
- Isu-Isu Strategis Terkait Masalah Pendidikan Yang Muncul di Indonesia - Jumat, 11 Desember 2020