Ciri-Ciri Anak yang dapat Belajar dengan Baik dan Bermakna

Satu hal yang paling penting dari hakikat belajar adalah adanya perubahan ke arah tujuan belajar tersebut. Dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa. Maka dari itu belajar merupakan sebuah proses bukan hasil. Proses belajar sendiri harus melalui banyak tahapan, mulai dari perencanaan hingga evaluasi.

Sangat penting untuk mengetahui apakah belajar yang dilakukan mengalami perkembangan dalam prosesnya atau tidak. Terutama dalam pendidikan formal, proses belajar yang dilakukan haruslah baik dan bermakna. Guru maupun orang tua wajib memantau sejauh mana anak mampu belajar, apakah anak dapat belajar dengan baik dan bermakna atau tidak.

Belajar dengan Baik

Menurut Bredekamp dan Rosegrant dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI (2007: 106) ada beberapa kondisi atau ciri-ciri anak yang dapat belajar dengan baik dan bermakna. Kondisi tersebut adalah sebagai berikut:

  • Anak akan merasa aman secara psikologis serta kebutuhan fisiknya terpenuhi
  • Anak mengkonstruksi pengetahuan
  • Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak lainnya
  • Kegiatan belajar anak merefleksikan suatu lingkaran yang tak pernah putus dan mulai dengan kesadaran kemudian beralih ke eksplorasi, pencarian, dan akhirnya ke penggunaan
  • Anak belajar melalui bermain
  • Minat dan kebutuhan anak untuk mengetahui terpenuhi
  • Unsur variasi individual anak diperhatikan

Belajar yang baik dan bermakna ini sangat penting kaitannya dengan pencapaian tujuan belajar. Proses belajar anak sangat mempengaruhi perkembangan semua aspek adalah kehidupannya. Maka sangat penting untuk dipastikan agar anak mampu belajar dengan baik dan bermakna.

Guru hendaknya mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan baik dan sesuai dengan anak didik. Guru dapat mengidentifikasi bahwa anak sudah belajar dengan baik dan bermakna atau belum dengan mengamati kondisi atau ciri-ciri diatas pada anak yang didik.

Usaha agar anak dapat belajar dengan baik dan bermakna bukanlah semata menjadi tanggung jawab guru, namun juga orang tua, sekolah hingga pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung.


Referensi:
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI. 2007. Ilmu & Aplikasi pendidikan: Bagian 4 Pendidikan Lintas Bidang. Intima Bandung

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

58 − 52 =